Minggu, 31 Agustus 2014

Laporan Praktikum Penentuan Struktur Tanah Metode Ayakan Kering




Penentuan Struktur Tanah Metode Ayakan Kering
Untuk memenuhi nilai praktikum matakuliah
Geografi Tanah yang dibina Ibu Ir. Juarti M.P.





Oleh :
Kelompok 4

OFF K Pend. Geografi 2012




UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
April 2014



A.      Judul Praktikum             : Penentuan Struktur Tanah Metode Ayakan Kering
B.       Tujuan Praktikum         :
1.      Menjelaskan tentang struktur tanah.
2.      Menjelaskan pengaruh struktur tanah terhadap resistensi tenaga eksogen.
C.      Dasar Teori
Struktur tanah adalah salah satu sifat dasar tanah yang sangat mempengaruhi sifat tanah yang lain serta besar pengaruhnya terhadap kemampuan tanah sebagai media tanam. Tanah yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah tanah yang berstruktur mantap. Struktur tanah dapat terjadi karena adanya interaksi berimbang dari berbagai faktor, antara lain: butiran tanah (soil particle), bahan pengikat (cementing material), dan aktivitas biologi.
Yang dimaksud butiran tanah dalam pembicaraan struktur tanah tidak hanya terbatas pada butiran tunggal penyusun tanah (pasir, debu liat) tetapi juga butiran-butiran yang terbentuk dari penyatuan butir-butir tunggal tersebut yang dikenal dengan istilah agregasi butiran tunggal. Pasir, debu, dan liat disebut ”butiran primer”, sedangkan agregasi butiran primer disebut ”butiran skunder”.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka struktur didefinisikan sebagai ”agregasi butiran primer menjadi skunder yang satu sama lain dibatasi oleh suatu bidang belah alami”. Dapat dikatakan pula bahwa sturktur adalah istilah lapang yang digunakan untuk menggambarkan agregasi tanah.
Kemantapan agragat mempengaruhi ketahanan terhadap pukulan air hujan. Makin tinggi gaya ikat antar partikel-partikel tanah, maka makin sulit tanah tersebut terpengaruh oleh gaya perusak yang berasal dari pukulan air hujan atau aliran air. Jadi kemantapan agregat terhadap air dapat dipakai sebagai petunjuk ketahanan tanah terhadap erosi.
Salah satu cara menentukan kemantapan agregat secara kuantitatif adalah metode ”ayakan kering”.


D.  Alat dan Bahan
1.        Satu set ayakan kering dan alat penggerakayakan
2.        Spatula, sendok, kuas
3.        Tibangan (ketelitian hingga 0,1 gram)
4.        Kaleng timbang
5.        Oven atau hot plate

E.  Cara kerja
a.       Persiapkan contoh tanah
b.      Ambil Contoh tanah agregat utuh dari lapangan segera dikering udarakan. Hilangkan batu dan kerikil. Pilihlah agregat yang berdiameter 4,75mm – 8mm melalui pengayakan jika perlu agregat yang terlalu besar, dipecahkan terlebih dahulu.
c.       Sebelum analisis, tentukan dulu kandungan air dari contoh tanah.
d.      Siapkan satu set yang disusun mulai dari yang memiliki lubang terbesar paling atas berurutan sampai lubang paling kecil di bawah.
e.       Masukkan sekitar 50gram contoh tanah dan sebar dengan hati-hati pada ayakan yang paling atas, kemudian masukkan dalam tabung silinder serta kaitkan dengan mesin penggerak. Hubungkan dengan aliran listrik sekitar 5 menit dengan kecepatan 70rpm.
f.       Matikan aliran listrik setelah 5menit dan turunkan susunan ayakan.
g.      Pindahkan tanah yang tertinggal di masing-masing ayakan ke kaleng timbang yang sudah diketahui beratnya dan keringkan dalam oven pada suhu 1050C selama 24 jam atau diatas hot plate sampai kering.
h.      Setelah kering timbanglah setiap contoh tanah yang diperoleh dari masing-masing diameter.

Perhitungan : DMR = ∑ [{Øi*Mpi) / (∑Mp)]
Keterangan :   Øi        = diameter rata- rata   
Mpi     = massa tanah pada ayakan         ∑Mp   = total massa tanah
Hasil Praktikum
Kriteria tingkat kemantapan agregat
DMR %
DMR mm
Klas
> 200
>2.00
Sangat stabil sekali
80 - 200
0,80 – 200
Sangat stabil
66 - 80
0,66 – 0,80
Stabil
50 - 66
0,50 – 0,66
Agak stabil
40 - 50
0,40 – 0,50
Kurang stabil
< 40
< 0,40
Tidak stabil

Pengelompokan Hasil Penghitungan
Penghitungan
Klas
2.00 mm     = 35,9/44,1 x 100%    = 81,4%
Sangat stabil
1,00 mm     = 3,7/44,1 x 100%      = 8,3%
Tidak stabil
500 µmm    = 1,1/44,1 x 100%      = 2,49%
Tidak stabil
250 µmm    = 1,0/44,1 x 100%      = 2,26%
Tidak stabil
106 µmm    = 1,0/44,1 x 100%      = 2,26%
Tidak stabil
53 µmm      = 0,7/44,1 x 100%      = 1,58%
Tidak stabil
38 µmm      = 0,5/44,1 x 100%      = 1,13%
Tidak stabil
µmm           = 0,2/44,1 x 100%      = 0,45%
Tidak stabil




Tidak ada komentar:

Posting Komentar