Minggu, 22 Desember 2013

Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan dalam Organisasi Intra Sekolah di Tingkat Menengah Pertama



Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan dalam Organisasi Intra Sekolah di  Tingkat Menengah Pertama

by:
Mila Lishowabi
email:milageo79@gmail.com

Abstract:Dalam upaya pelestarian lingkungan hidup, sejak anak berada pada tingkat pendidikan kanak-kanak maupun tingkat dasar telah diperkenalkan bagaimana cara menjaga lingkungan agar tetap lestari dan dampak yang terjadi jika lingkungan hidup rusak. Namun, tidak hanya pada usia dini, pendidikan karakter peduli lingkungan penting  diberikan pada tingkat sekolah menengah pertama.Terutama dalam organisasi siswa intra sekolah yang sering mengadakan suatu kegiatan yang akan melibatkan sampah didalamnya dan sampah tersebut jika tidak ditindak lanjuti akan merusak lingkungan.
Key words: organisasi intra sekolah menengah pertama, kerusakan lingkungan, pendidikan karakter peduli lingkungan


Dewasa ini, lembaga pendidikan formal sangat berperan dalam usaha pelestarian lingkungan hidup. Karena Sejak usia sekolah tingkat kanak-kanak, telah diajarkan bagaimana cara berperilaku yang baik agar tidak merusak lingkungan.Pendidikan karakter peduli lingkungan tidak hanya perlu diberikan saat kegiatan pembelajaran dikelas. Namun, juga perlu diberikan pada kegiatan-kegiatan non pembelajaran didalam kelas. Misalnya dalam kegiatan organisasi intra sekolah.
Pendidikan karakter peduli lingkungan sangat perlu diberikan kepada para siswa yang tergabung dalam organisasi siswa intra sekolah. Karena dalam semua kegiatan yang merupakan program kerja dari organisasi siswa intra sekolah akan selalu menimbulkan sampah yang apabila tidak ditindak lanjuti, sampah tersebut akan merusak lingkungan. Pendidikan karakter peduli lingkungan dalam organisasi intra sekolah harus diberikan sejak tingkat sekolah menengah pertama. Agar kebiasaan-kebiasaan baik sebagai usaha pelestarian lingkungan pada tingkat sekolah menengah pertama, dapat berlanjut ketika siswa mengikuti organisasi apapun diluar organisasi intra sekolah.

Ruang lingkup organisasi intra sekolah                                                                              
        Lembaga pendidikan dianggap sebagai tempat yang efektif bagi manusia untuk belajar, yang bertujuan agar manusia dapat berubah kearah lebih baik. Hal ini sesuai dengan pengertian dari belajar menurut skinner adalah learning is a process of progressive behavior adaptation (Dalyono,2012:212). Tidak hanya belajar mengembangkan prestasi akademik, namun juga belajar mengembangkan prestasi non akademik. Pengembangan kemampuan akademik dapat diperoleh ketika siswa belajar didalam kelas. Sedang pengembangan prestasi bidang non akademik seperti kemampuan berorganisasi, dapat diperoleh melalui kegiatan organisasi intra sekolah.
      Dari pengertiannya sendiri, Organisasi intra sekolah merupakan organisasi murid yang resmi diakui dan diselenggarakan disekolah dengan tujuan untuk melatih kepemimpinan murid serta memberikan wahana bagi murid untuk melakukan kegiatan ko-ekstrakurikuler yang sesuai(Daryanto,2011:62). Merujuk dari pengertian tersebut, kegiatan-kegiatan dalam naungan organisasi intra sekolah ini dapat berupa pengembangan penalaran, pengembangan ketrampilan berdasarkan hobi dan pengembangan sikap. Menurut Daryanto (2011:62), pengembangan kemampuan penalaran seperti diskusi, penelitian, karya wisata, percobaan akademis diluar kelas. Untuk pengembangan keterampilan berdasarkan hobi seperti latihan kepemimpinan, palang merah remaja, usaha kesehatan sekolah, pramuka, lintas alam, olah raga, kesenian dan pengaturan lalu lintas, sedangkan kegiatan pengembangan sikap meliputi pengumpulan dana, peringatan hari besar nasional dan membantu yang terkana musibah.
      Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh pengurus organisasi siswa intra sekolah, tidak terlepas dari masalah-masalah sampah yang akan berserakan setelah acara selesai. Sampah tersebut, bisa disebabkan karena adanya konsumsi, konsumsi yang berupa makanan dan minuman tidak terlepas dari wadah makanan yang terbuat dari sterofoam maupun tempat minuman yang berasal dari plastik. Tidak hanya itu, atribut yang digunakan sebagai dekorasi panggung pada acara pentas seni misalnya, juga dapat berasal dari sterofoam maupun kertas. Belum lagi jajanan para peserta yang akan dibeli saat acara. Masalah-masalah sampah tersebut akan muncul dan sampah akan berserakan.
          Jika sampah-sampah hasil dari kegiatan organisasi intra sekolah ini tidak segera diatasi, maka akan terjadi pengrusakan lingkungan. Oleh Karena itu, perlu adanya penanaman karakter peduli lingkungan dalam organisasi intra sekolah. Dan harus dimulai sejak sekolah menengah pertama, agar dapat menjadi kebiasaan baik untuk para siswa yang  akan  mengikuti organisasi selain organisasi siswa intra sekolah atau saat melanjutkan organisasi siswa intra sekolah tingkat SMA dan organisasi intra tingkat kampus.

Kerusakan Lingkungan Akibat Sampah
Apabila sampah-sampah tersebut tidak ditindak lanjuti, dalam artian dibiarkan begitu saja, akan mengurangi kesuburan tanah karena waktu penguraiannya  yang lama. Menurut arsip dokumen dari bank sampah Kota Malang,  Waktu penguraian sampah adalah sebagai berikut :

1.      kertas               = 2,5  bulan
  1. kardus             = 5 bulan
  2. kulit jeruk        = 6 bulan
  3. spon sabun       = 25 tahun
  4. sepatu kulit      = 40 tahun
  5. kain nilon         = 40 tahun
  6. plastik              = 80 tahun
  7. aluminium       =  100 tahun
  8. gabus /sterofoam  = tidak bisa hancur
Apabila gabus/sterofoam dibiarkan diatas tanah begitu saja, misalnya, menggunakan bahan ini sebagai pembungkus makanan dan membuangnya begitu saja menimbulkan masalah yang cukup memprihatinkan bagi lingkungan. Styrofoam bukan barang yang bisa didaur ulang, seperti gelas, kertas, atau metal, yang dapat didaur ulang menjadi material mentah untuk dibuat kembali menjadi barang serupa. Yang tidak kalah penting, styrofoam tidak bio-degradable atau tidak bisa hancur oleh mikroorganisme di udara dan di dalam tanah (Tanpa nama: 2011).
 Selama ini metode yang digunakan untuk mengurangi sampah styrofoam adalah pembakaran lewat incinerator. Padahal pembakaran styrofoam dapat menghasilkan gas karbon dioksida,gas karbon monoksida, dan gas CFC yang dapat merusak lapisan ozon. Belum ada cara yang aman, efektif, dan mudah untuk memecahkan masalah menumpuknya sampah styrofoam yang tidak bisa hancur tersebut.
Pendidikan karakter peduli lingkungan pada OSIS SMP
            Merujuk dari masalah-masalah yang terjadi akibat banyaknya sampah yang berserakan saat kegiatan OSIS selesai. Perlu adanya pendidikan yang dapat membentuk karakter siswa agar peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Lebi dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan  tentang hal mana yang baik, sehingga peserta didik menjadi paham mana yang benar dan salah, mampu merasakan hal baik dan biasa melakukannya (Handoyo Budi, 2012:26). Pendidikan karekter peduli lingkungan ini dapat diberikan oleh guru yang membina OSIS. Dan pendidikan karakter peduli lingkungan ini dapat diberikan ketika pengurus OSIS mengadakan pertemuan rutin dan evaluasi kegiatan.
            Materi yang diberikan dalam  pendidikan karakter peduli lingkungan dapat berisi materi tentang pengelolaan sampah agar jika setelah OSIS selesai, sampah tidak berserakan dan tidak mencemari lingkungan.  Upaya yang dapat dilakukan adalah memberikan tempat sampah disetiap sudut arena kegiatan, agar peserta kegiatan tidak membuang sampah disembarang tempat. Guru yang bertugas membina OSIS juga harus menanamkan sikap apa yang harus dilakukan setelah sampah terkumpul. Agar siswa tidak bergantung pada  tukang kebun sekolah untuk membuang sampah di penampungan.
            Guru Pembina OSIS dapat mengajarkan teknik-teknik dalam pengelolaan sampah. Ada beberapa metode dalam proses pengolahan limbah padat yaitu dengan memakai landfills, recycling, composting, incineration, dan marine disposal (Noor,Djauhari, 2006:203). Dalam konteks organisasi siswa intra sekolah tingkat sekolah menengah pertama, dapat dipilih metode pengolahan sampah berupa daur ulang. Jadi, guru pembina, mengarahkan kepada siswa agar dapat membuat karya hasil daur ulang dari sampah plastik hasil dari kegiatan. Guru Pembina dapat berkoordinasi dengan orang yang ahli dalam pembuatan bahan daur ulang.  Kemudian hasil dari daur ulang dapat dititipkan di koperasi sekolah dan menjadi barang yang bernilai jual tinggi.
            Selain diperkenalkan metode pengolahan sampah, juga mengurangi kebiasaan memakai bahan yang berasal dari plastic dan juga sterofoam. Mengurangi kebiasaan penggunaan bahan dari plastic dan sterofoam dapat dilakukan dengan menyediakan inventaris dalam kepengurusan berupa gelas, piring, sendok dan peralatan makan serta minum lain yang tidak sekali pakai. Sehingga dapat digunakan lagi dikegiatan yang akan datang. Mengubah hal-hal kecil seperti ini akan memberikan dampak besar bagi kelestarian lingkungan hidup.         Sektor pendidikan yang mengemban tugas mengubah perilaku manusia merupakan sektor yang strategis dalam mewujudkan manusia yang mampu berperilaku menciptakan lingkungan yang lestari, jika dilandasi etika, moral, dan hati nurani yang memiliki pemahaman dan kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (Suwarna,Timotius,2009:81). Pendidikan karakter peduli lingkungan dalam organisasi siswa ini  diberikan mulai dari tingkat menengah pertama agar dapat menjadi kebiasaan baik jika siswa mengikuti organisasi siswa tingkat menengah atas maupun organisasi luar sekolah.

 Conclussion    
            Organisasi intra sekolah, sebagai wadah pengembangan kemampuan siswa dibidang organisasi dan kemampuan non-akademik lainnya seringkali menimbulkan sampah disetiap kegiatan yang diadakannya. Jika  sampah-sampah hasil dari tempat makanan dan minuman peserta kegiatan maupun atribut-atribut lain yang digunakan dalam suatu kegiatan dibiarkan begitu saja, tidak mencerminkan karakter siswa yang peduli lingkungan. Oleh karena itu, Perlu adanya pendidikan karakter peduli lingkungan dalam organisasi siswa intra sekolah  agar siswa yang tergabung dalam organisasi tersebut memiliki rasa peduli lingkungan yang tinggi. Dan akan tercermin siswa yang peduli lingkungan disetiap kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi siswa intra sekolah.

Refferences

Dalyono.2012.Psikologi Pendidikan.Jakarta:Rineka Cipta
Daryanto.2011.Administrasi Pendidikan.Jakarta:Rineka Cipta
Noor,Djauhari.2006.Geologi Lingkungan.Yogyakarta:Graha Ilmu
Tanpa nama. 2011. think twicew before using Styrofoam(online)
Jurnal Pendidikan Geografi Universitas Negeri Malang  tahun 2009
Verstehen, Jurnal BEM FIS Universitas Negeri Malang tahun 2012

Arsip Dokumen Bank Sampah Malang tahun 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar