Pendidikan
Karakter Peduli Lingkungan dalam Organisasi Intra Sekolah di Tingkat Menengah Pertama
by:
Mila Lishowabi
email:milageo79@gmail.com
Abstract:Dalam upaya pelestarian lingkungan hidup, sejak anak berada pada
tingkat pendidikan kanak-kanak maupun tingkat dasar telah diperkenalkan
bagaimana cara menjaga lingkungan agar tetap lestari dan dampak yang terjadi
jika lingkungan hidup rusak. Namun, tidak hanya pada usia dini, pendidikan
karakter peduli lingkungan penting
diberikan pada tingkat sekolah menengah pertama.Terutama dalam
organisasi siswa intra sekolah yang sering mengadakan suatu kegiatan yang akan
melibatkan sampah didalamnya dan sampah tersebut jika tidak ditindak lanjuti
akan merusak lingkungan.
Key words: organisasi intra sekolah menengah pertama,
kerusakan lingkungan, pendidikan karakter peduli lingkungan
Dewasa
ini, lembaga pendidikan formal sangat berperan dalam usaha pelestarian
lingkungan hidup. Karena Sejak usia sekolah tingkat kanak-kanak, telah
diajarkan bagaimana cara berperilaku yang baik agar tidak merusak
lingkungan.Pendidikan karakter peduli lingkungan tidak hanya perlu diberikan
saat kegiatan pembelajaran dikelas. Namun, juga perlu diberikan pada
kegiatan-kegiatan non pembelajaran didalam kelas. Misalnya dalam kegiatan
organisasi intra sekolah.
Pendidikan
karakter peduli lingkungan sangat perlu diberikan kepada para siswa yang
tergabung dalam organisasi siswa intra sekolah. Karena dalam semua kegiatan
yang merupakan program kerja dari organisasi siswa intra sekolah akan selalu
menimbulkan sampah yang apabila tidak ditindak lanjuti, sampah tersebut akan
merusak lingkungan. Pendidikan karakter peduli lingkungan dalam organisasi
intra sekolah harus diberikan sejak tingkat sekolah menengah pertama. Agar
kebiasaan-kebiasaan baik sebagai usaha pelestarian lingkungan pada tingkat
sekolah menengah pertama, dapat berlanjut ketika siswa mengikuti organisasi
apapun diluar organisasi intra sekolah.
Ruang lingkup organisasi intra sekolah
Lembaga pendidikan dianggap sebagai tempat yang efektif bagi
manusia untuk belajar, yang bertujuan agar manusia dapat berubah kearah lebih
baik. Hal ini sesuai dengan pengertian dari belajar menurut skinner adalah
learning is a process of progressive behavior adaptation (Dalyono,2012:212). Tidak
hanya belajar mengembangkan prestasi akademik, namun juga belajar mengembangkan
prestasi non akademik. Pengembangan kemampuan akademik dapat diperoleh ketika
siswa belajar didalam kelas. Sedang pengembangan prestasi bidang non akademik
seperti kemampuan berorganisasi, dapat diperoleh melalui kegiatan organisasi
intra sekolah.
Dari pengertiannya sendiri, Organisasi intra
sekolah merupakan organisasi murid yang resmi diakui dan diselenggarakan
disekolah dengan tujuan untuk melatih kepemimpinan murid serta memberikan
wahana bagi murid untuk melakukan kegiatan ko-ekstrakurikuler yang
sesuai(Daryanto,2011:62). Merujuk dari pengertian tersebut, kegiatan-kegiatan
dalam naungan organisasi intra sekolah ini dapat berupa pengembangan penalaran,
pengembangan ketrampilan berdasarkan hobi dan pengembangan sikap. Menurut
Daryanto (2011:62), pengembangan kemampuan penalaran seperti diskusi,
penelitian, karya wisata, percobaan akademis diluar kelas. Untuk pengembangan
keterampilan berdasarkan hobi seperti latihan kepemimpinan, palang merah
remaja, usaha kesehatan sekolah, pramuka, lintas alam, olah raga, kesenian dan
pengaturan lalu lintas, sedangkan kegiatan pengembangan sikap meliputi
pengumpulan dana, peringatan hari besar nasional dan membantu yang terkana
musibah.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh
pengurus organisasi siswa intra sekolah, tidak terlepas dari masalah-masalah
sampah yang akan berserakan setelah acara selesai. Sampah tersebut, bisa
disebabkan karena adanya konsumsi, konsumsi yang berupa makanan dan minuman
tidak terlepas dari wadah makanan yang terbuat dari sterofoam maupun tempat
minuman yang berasal dari plastik. Tidak hanya itu, atribut yang digunakan
sebagai dekorasi panggung pada acara pentas seni misalnya, juga dapat berasal
dari sterofoam maupun kertas. Belum lagi jajanan para peserta yang akan dibeli
saat acara. Masalah-masalah sampah tersebut akan muncul dan sampah akan
berserakan.
Jika sampah-sampah hasil dari kegiatan
organisasi intra sekolah ini tidak segera diatasi, maka akan terjadi
pengrusakan lingkungan. Oleh Karena itu, perlu adanya penanaman karakter peduli
lingkungan dalam organisasi intra sekolah. Dan harus dimulai sejak sekolah
menengah pertama, agar dapat menjadi kebiasaan baik untuk para siswa yang akan
mengikuti organisasi selain organisasi siswa intra sekolah atau saat
melanjutkan organisasi siswa intra sekolah tingkat SMA dan organisasi intra
tingkat kampus.
Kerusakan
Lingkungan Akibat Sampah
Apabila sampah-sampah tersebut
tidak ditindak lanjuti, dalam artian dibiarkan begitu saja, akan mengurangi
kesuburan tanah karena waktu penguraiannya
yang lama. Menurut arsip dokumen dari bank sampah Kota Malang, Waktu penguraian sampah adalah sebagai berikut
:
1.
kertas =
2,5 bulan
- kardus = 5 bulan
- kulit jeruk = 6 bulan
- spon sabun = 25 tahun
- sepatu kulit = 40 tahun
- kain nilon = 40 tahun
- plastik = 80 tahun
- aluminium = 100 tahun
- gabus /sterofoam = tidak bisa hancur
Apabila gabus/sterofoam dibiarkan diatas tanah begitu saja, misalnya, menggunakan bahan ini
sebagai pembungkus makanan dan membuangnya begitu saja menimbulkan masalah yang
cukup memprihatinkan bagi lingkungan. Styrofoam bukan barang yang bisa didaur
ulang, seperti gelas, kertas, atau metal, yang dapat didaur ulang menjadi
material mentah untuk dibuat kembali menjadi barang serupa. Yang tidak kalah
penting, styrofoam tidak bio-degradable atau tidak bisa hancur oleh
mikroorganisme di udara dan di dalam tanah (Tanpa
nama: 2011).
Selama ini metode yang digunakan untuk
mengurangi sampah styrofoam adalah pembakaran lewat incinerator. Padahal
pembakaran styrofoam dapat menghasilkan gas karbon dioksida,gas karbon monoksida,
dan gas CFC yang dapat merusak lapisan ozon. Belum ada cara yang aman, efektif,
dan mudah untuk memecahkan masalah menumpuknya sampah styrofoam yang tidak bisa
hancur tersebut.
Pendidikan karakter peduli lingkungan pada OSIS SMP
Merujuk dari masalah-masalah yang
terjadi akibat banyaknya sampah yang berserakan saat kegiatan OSIS selesai.
Perlu adanya pendidikan yang dapat membentuk karakter siswa agar peduli
terhadap lingkungan sekitarnya. Pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan
mana yang benar dan mana yang salah. Lebi dari itu, pendidikan karakter
menanamkan kebiasaan tentang hal mana
yang baik, sehingga peserta didik menjadi paham mana yang benar dan salah,
mampu merasakan hal baik dan biasa melakukannya (Handoyo Budi, 2012:26). Pendidikan
karekter peduli lingkungan ini dapat diberikan oleh guru yang membina OSIS. Dan
pendidikan karakter peduli lingkungan ini dapat diberikan ketika pengurus OSIS
mengadakan pertemuan rutin dan evaluasi kegiatan.
Materi yang diberikan dalam pendidikan karakter peduli lingkungan dapat
berisi materi tentang pengelolaan sampah agar jika setelah OSIS selesai, sampah
tidak berserakan dan tidak mencemari lingkungan. Upaya yang dapat dilakukan adalah memberikan
tempat sampah disetiap sudut arena kegiatan, agar peserta kegiatan tidak
membuang sampah disembarang tempat. Guru yang bertugas membina OSIS juga harus
menanamkan sikap apa yang harus dilakukan setelah sampah terkumpul. Agar siswa
tidak bergantung pada tukang kebun
sekolah untuk membuang sampah di penampungan.
Guru Pembina OSIS dapat mengajarkan
teknik-teknik dalam pengelolaan sampah. Ada beberapa metode dalam proses
pengolahan limbah padat yaitu dengan memakai landfills, recycling, composting,
incineration, dan marine disposal (Noor,Djauhari, 2006:203). Dalam konteks
organisasi siswa intra sekolah tingkat sekolah menengah pertama, dapat dipilih
metode pengolahan sampah berupa daur ulang. Jadi, guru pembina, mengarahkan
kepada siswa agar dapat membuat karya hasil daur ulang dari sampah plastik
hasil dari kegiatan. Guru Pembina dapat berkoordinasi dengan orang yang ahli
dalam pembuatan bahan daur ulang. Kemudian
hasil dari daur ulang dapat dititipkan di koperasi sekolah dan menjadi barang
yang bernilai jual tinggi.
Selain diperkenalkan metode pengolahan
sampah, juga mengurangi kebiasaan memakai bahan yang berasal dari plastic dan
juga sterofoam. Mengurangi kebiasaan penggunaan bahan dari plastic dan
sterofoam dapat dilakukan dengan menyediakan inventaris dalam kepengurusan
berupa gelas, piring, sendok dan peralatan makan serta minum lain yang tidak
sekali pakai. Sehingga dapat digunakan lagi dikegiatan yang akan datang.
Mengubah hal-hal kecil seperti ini akan memberikan dampak besar bagi
kelestarian lingkungan hidup. Sektor
pendidikan yang mengemban tugas mengubah perilaku manusia merupakan sektor yang
strategis dalam mewujudkan manusia yang mampu berperilaku menciptakan
lingkungan yang lestari, jika dilandasi etika, moral, dan hati nurani yang
memiliki pemahaman dan kepedulian terhadap kelestarian lingkungan
(Suwarna,Timotius,2009:81). Pendidikan karakter peduli lingkungan dalam
organisasi siswa ini diberikan mulai
dari tingkat menengah pertama agar dapat menjadi kebiasaan baik jika siswa
mengikuti organisasi siswa tingkat menengah atas maupun organisasi luar
sekolah.
Conclussion
Organisasi
intra sekolah, sebagai wadah pengembangan kemampuan siswa dibidang organisasi
dan kemampuan non-akademik lainnya seringkali menimbulkan sampah disetiap
kegiatan yang diadakannya. Jika sampah-sampah
hasil dari tempat makanan dan minuman peserta kegiatan maupun atribut-atribut
lain yang digunakan dalam suatu kegiatan dibiarkan begitu saja, tidak
mencerminkan karakter siswa yang peduli lingkungan. Oleh karena itu, Perlu
adanya pendidikan karakter peduli lingkungan dalam organisasi siswa intra
sekolah agar siswa yang tergabung dalam
organisasi tersebut memiliki rasa peduli lingkungan yang tinggi. Dan akan
tercermin siswa yang peduli lingkungan disetiap kegiatan yang dilaksanakan oleh
organisasi siswa intra sekolah.
Refferences
Dalyono.2012.Psikologi
Pendidikan.Jakarta:Rineka Cipta
Daryanto.2011.Administrasi
Pendidikan.Jakarta:Rineka Cipta
Noor,Djauhari.2006.Geologi
Lingkungan.Yogyakarta:Graha Ilmu
Tanpa nama. 2011. think twicew before using Styrofoam(online)
(http://stopstyrofoaming.blogdetik.com/2011/05/08/think-twice-before- using- styrofoam/) diakses tanggal 4 desember
2013
Jurnal Pendidikan
Geografi Universitas Negeri Malang tahun
2009
Verstehen, Jurnal
BEM FIS Universitas Negeri Malang tahun 2012
Arsip Dokumen Bank
Sampah Malang tahun 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar